Jumat, 15 Oktober 2010

Sistem Informasi Pola Pembiayaan/ Lending Model Usaha Kecil

KERAJINAN TAS KULIT

ASPEK PRODUKSI
PROSES PRODUKSI
(1). Proses Produksi Berdasarkan Pesanan
Para pengrajin tas kulit dalam negeri memiliki kemampuan memproduksi tas dengan berbagai tingkat kesulitan dan dengan kualitas yang tidak kalah dari produk impor. Dengan kemampuan menghasilkan produk yang memiliki keunikan tersebut, maka konsumen sering membeli produk dengan cara memesan karena menghendaki produk dengan keunikan tersendiri. Bahkan untuk saat ini, pada umumnya sebagian besar penjualan produk tas kulit adalah melalui pesanan.
Sedangkan proses produksi dimulai dari penentuan produk yang akan dibuat. Jenis dan model produk ini bisa merupakan ide dari pengusaha sendiri, dan bisa juga berdasarkan pesanan. Setelah penentuan jenis produk, maka pengusaha melalui pengrajinnya membuat contoh produk yang dipesan. Jika contoh ini sudah sesuai, maka pengusaha menawarkan pada para pengrajinnya untuk memproduksi jenis produk tersebut. Kemudian mereka akan menerima bahan baku dan bahan penolong sesuai target yang ditetapkan oleh masing-masing pengrajin sendiri. Proses penentuan produk pesanan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1: Proses Produksi: Penentuan desain produk pesanan.
(2). Proses Produksi Bukan Pesanan
Proses pembuatan tas kulit sendiri (bukan pesanan) dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1). Perencanaan.
Proses ini adalah penentuan jenis dan desain produk yang diinginkan. Setelah itu diperlukan pula perencanaan mengenai kebutuhan bahan baku yang akan diperlukan, bahan-bahan pembantu, sekaligus alat-alat yang akan digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Pemilihan bahan dan alat yang tepat sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Pada tahap ini juga untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk keseluruhan proses produksi.
(2). Pembuatan pola.
Setelah ditentukan jenis dan model produknya, kemudian dibuatkan pola untuk produk tersebut. Pola dibuat sedetail mungkin dan diberikan penjelasan yang lengkap mengenai ukuran, bahan yang akan dipakai, pemotongan, penyambungan maupun penjahitannya. Dalam pola juga harus jelas gambar-gambar untuk tanda jahitan, tanda sesetan dan lipatan, tanda perakitan, tanda pemasangan kancing, ring, atau assesoris lain, serta tanda banyaknya potongan bahan yang diperlukan. Tanda-tanda ini disebut dengan marking. Pola bisa dibuat dengan menggunakan bahan karton dan dengan alat sederhana seperti pensil, penggaris, jangka dan busur derajat. Untuk perusahaan besar, pola biasanya dibuat dengan menggunakan komputer.
(3). Pemotongan dan penyesetan.
Berdasarkan pola yang telah dibuat, kemudian bahan-bahan yang diperlukan dipotong. Potongan-potongan bahan ini yang nantinya akan dirakit/ dijahit. Pemotongan bahan dilakukan setepat mungkin untuk menghindari pembuangan bahan. Sedangkan penyesetan diperlukan untuk bahan-bahan yang nantinya akan dilipat. Agar pada lipatan bahan tidak menonjol, maka pada sudut lipatan dilakukan penyesetan (penipisan). Penyesetan ini bisa menggunakan pisau seset atau pun mesin seset.
Foto 4.1. Salah seorang pengrajin sedang melakukan pemotongan bahan sesuai pola.

Sumber: Agus Supriyanto, PSE-KP UGM
(4). Pemasangan assesoris.
Pada proses ini, pemasangan sebagian assesoris bisa dilakukan sebelum penjahitan/perakitan, dan sebagian yang lain setelah penjahitan. Assesoris yang digunakan seperti ring, gesper, ruitsliting, atau rangka besi untuk koper. Pemasangan merk juga dilakukan pada tahap ini dengan menggunakan mesin stamping. Selain merk, yang sering dipesan oleh konsumen adalah sablon pada tas pesanannya. Ini biasanya karena produk yang dipesan digunakan untuk acara tertentu. Untuk proses sablon sendiri para pengrajin biasanya memiliki langganan pengusaha sablon. Dan sebelum masuk proses selanjutnya, hasil sablon ini harus dimintakan persetujuan pada konsumen yang memesan.
Proses pemasangan assesoris ini bisa sangat beragam untuk produk yang berbeda. Bahkan untuk produk yang sama pun bisa menggunakan assesoris yang berbeda sesuai dengan keinginan konsumen.
Foto 4.2. Mesin Stamping

Sumber: Agus Supriyanto, PSE-KP UGM
(5). Penjahitan/perakitan.
Perakitan adalah peng-gabungan bagian-bagian yang sudah siap untuk menghasilkan bentuk produk. Perakitan bisa dengan menggunakan mesin jahit ataupun jahit tangan, bisa juga menggunakan lem untuk bagian-bagian tertentu. Penjahitan umumnya lebih kuat dari pada pengeleman. Setelah dijahit kemudian dilakukan finishing seperti penggosokan tas, dan penghalusan jahitan. Pada tahap ini juga dilakukan kontrol terhadap kualitas produk.
Foto 4.3. Salah seorang pengrajin sedang melakukan proses perakitan/penjahitan.


Sumber: Agus Supriyanto, PSE-KP UGM
Proses produksi tersebut dapat digambarkan dalam gambar alur sebagai berikut:
Gambar 4.2: Proses Produksi Bukan Pesanan
 
 http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=51115&idrb=45301

Tidak ada komentar:

Posting Komentar